Perahu Kertas. Aku baru saja menyelsaikan buku itu disela-sela kesibukan berbenah diri, dan menyelesaikan satu tugas untuk masa depan. Bagiku, buku ini mengingatkanku pada impian-impian masa kecil. Sesuatu yang seringkali kita lupakan. Padahal, seperti kata Keenan, “ Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan untuk jadi diri kita sendiri.”Kalimat itu membuatku merenung dalam. Melihat diriku sendiri, terasa ada hal-hal yang hari ini harus aku kompromikan demi kelangsungan hidup. Demi situasi yang disebut : realita. Namun, selalu ada yang tak boleh dilupakan. Bagi Keenan itu adalah impian menjadi pelukis, bagi Kugy itu adalah cita-cita menjadi penulis dongeng. Bagiku, itu adalah cita-cita untuk memberi inspirasi, membuka jalan, membagi semangat dan keberanian bermimpi pada lebih banyak orang di sekelilingku, lebi-lebih bagi diriku sendiri.
Perahu Kertas memang tak se‘berat’ novel
Kepalsuan sebuah hubungan. Kepalsuan sebuah karir. Kepalsuan rasa bahagia. Kepalsuan hidup. Bukankah sebagian kita tenggelam di dalamnya?


1 komentar:
dan kita menikmati kepalsuan itu tanpa berusaha lepas dari belenggunya
tenggelam dalam rutinitas tanpa makna
sekedar menjalani perjalanan
seolah mencapai sebuah tujuan
dan kita tetap tenggelam
Posting Komentar