RSS

Sabtu, 11 Februari 2012

Puisi di Wedding Card Saya

Ceritanya saya dan calon suami (sekarang sudah suami) sepakat akan ngasih kata-kata unik semacam puisi, atau wise words atau apalah yang bagus di undangan pernikahan kami.
Saya maunya yang 'doa pernikahan' yang 'islami' gitu. saya kirim ke dia. No comment, sementara diterima konsep saya. Nah, malamnya saat saya sudah melanglang buana ke alam mimpi, saya di sms beberapa alternatif puisinya Rumi sama si Gibran. Finally, ngalah deh saya. Secara tuh puisi lbh bagus dari yg saya kirim ke dia. sepakat punya sepakat dua puisi inilah yg akhirnya nangkring d wedding card nya kami.

Penasaran apa isinya tuh puisi, check it out (siapa tahu ada yg lagi nyetak undangan weddingnya, dan pengen ngasih kata mutiara jg, silahkan di copast, heheh )


Kebahagiaan adalah saat kita duduk bersama,
Dua sosok, dua wajah, yang menyatu …
kau dan aku.

Bunga-bunga ‘kan bermekaran dan
burung-burung ‘kan menembangkan kidungnya,
ketika kita memasuki taman … kau dan aku.

Bintang-bintang ‘kan muncul di langit ‘tuk menjadi saksi,
‘kan kita terangi mereka,
dengan cahaya purnama … kau dan aku.

Tiada lagi pemisahan ‘kau’ dan ‘aku’
nuansa kebahagiaan dalam penyatuan semata -
kegembiraan, kegairahan, tiada kesusahan … kau dan aku.

Burung-burung surga yang bersayap cemerlang,
‘kan menukik turun ‘tuk minum air yang manis -
air mata kebahagiaan kita … kau dan aku.

Betapa sebuah keajaiban, kita duduk disini,
walau di tepi dunia yang berseberangan,
kita tetap akan duduk bersama … kau dan aku.

Kita adalah satu sosok di dunia ini,
dan menjadi sosok yang lain dikemudian.

bagi kita ada surga yang abadi,
keceriaan yang tanpa akhir …. kau dan aku
(Jalaluddi Rumi)


Dan ketika kami memutuskan saling mengerti, kami biarkan dua hati kami bicara : tentang impian-impian kami, tentang hasrat dan kerinduan, kemudian kami menjadi takjub, karena ternyata kami begitu berbeda, sekaligus juga begitu serasi.

Maka kamipun berjanji untuk menyatukan hati kami dalam suatu bahtera, agar yang berbeda, meski berbeda namun jadi serasi, agar yang kosong, dapat terisi dengan sempurna, agar segala impian dapat kami wujudkan berdua.. Karena perbedaan kami bukanlah kendala selagi kami masih memakai bahasa yang sama dan bahasa itu bernama Cinta (Khalil Gibran)


Menulis Lagi

Semangkuk kolak pisang dicampur kacang ijo, temanku sore ini.
Ahai, sudah lama aku mengabsenkan diri dari dunia tulis menulis.
Berat, tp kucoba mengumpulkan semua keinginan, semua tenaga untuk mulai menekan huruf demi huruf di komputer.

lalu... satu tulisan pun selesai. Dengan usaha, kerja keras dan keringat. Tapi bukan tulisan panjang, hanya beberapa baris saja. hmmm...

Susah nian, sengal rasa pikiran untuk bisa menulis lebih panjang lagi, lebih punya makna lagi.
Seperti kata orang, aku ini bisa dibilang mati inspirasi. Atau barangkali, aku memang dasarnya tak memiliki bakat seorang penulis, seperti penulis-penulis yang bukunya sering kubaca.

Well, apapunlah, tapi aku sudah merasa senang karena sudah berusaha.
Soalnya aku jealous juga liat teman-temanku blognya penuh.
Besok, lusa, kedepannya, semoga aku bisa menulis lebih banyak lagi, lebih baik lagi....