RSS

Senin, 28 Januari 2008

In My Muhasabah

Come to think of it
Life is ironically funny.
I slammed the door at your face,
But my nose got hit instead.
I kicked you out of my life,
But I was the one who felt rejected.
I ripped your heart,
But I was the one who lived with the pain.
I killed you,
But I was the one who died.
I wanted nothing to do with you,
But here I am, waiting 4 u to come back.
I didn’t want to love you,
But now I’m looking back over my shoulder
Wishing that I could turn back the time…
FILOSOFI ANGKA 7

Besok, 7 september adalah hari lahirku.
7, angka yang sangat aku suka. Bukan semata karena ia angka lahirku tapi lebih dari itu. Ia adalah angka sederhana dan sangat mudah membuatnya. Meskipun demikian ia berdiri sangat kokoh hanya dengan 1 kakinya untuk menopang satu garis lurus.
Aku ingin menjadi seperti angka lahirku itu. Menjadi sosok yang sederhana, namun cerdas dan cemerlang, berdiri di atas kekokohan, memiliki ketahanan emosional dan kemandirian... tak bergantung dengan orang lain.
:: Ditulis ulang dari catatan harian, Pontianak 6 September 2007
1 hari menjelang hari lahirku
Selasa, 2007 November 06

this is the first joint
This is my first joint in this blog. so… gak muluk2 sih harapannya semoga blog ini bisa jadi tempat sharenya my feeling, my thingking and also for the friends who visit this blog. ya… thank banyak buat teman koe Yudi K yang udah minjemin bukunya hingga blog ini ada. walaupun sebenarnya agak ragu juga takut blog ini hanya akan jadi “sampah”. tapi… nyoba aja deh! modal PD aza… Ya, buat yang nanti ngunjungi blog ini makasih aja deh? salam kenal dari antie
Diposting oleh antie di 01:22 0 komentar
Berlangganan: Posting (Atom)

Selasa, 15 Januari 2008

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN
BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (PSDM)
PERHIMPUNAN MAHASISWA KABUPATEN PONTIANAK(PRIMAKAPON)
PERIODE 2007-2008
Disampaikan Pada Mubes PRIMAKAPON (9 Januari 2008)

Pengantar
“Mencoba selalu memiliki resiko gagal. Namun orang yang tidak berani menanggung resiko apapun, tak akan berbuat apa-apa dan bukan apa-apa.”

Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam perjuangan !

Yang terhormat, Ketua Perhimpunan Mahasiswa Kabupaten Pontianak.
Yang terhormat, Badan Pengarah dan Badan Penasehat,
Yang terhormat, para senior PRIMAKAPON.
Yang terhormat, jajaran pengurus PRIMAKAPON.
Yang kami banggakan, teman-teman seperjuangan di PRIMAKAPON.

Setinggi-tinggi kesyukuran mari kita panjatkan kepada Dzat yang menciptakan langit tanpa tiang dan sampai dengan detik ini langit tersebut tetap berdiri kokoh tanpa mengalami keretakan dan keruntuhan sedikitpun, yang Maha Perkasa tetapi tetap Maha Penyayang kepada makhluk ciptan-Nya semisal ikan yang berada dijenis air manapun saat ini dan dari spesies manapun tetap bisa berenang dan makan tanpa kita selaku manusia menebebar atau membagi-bagikan makanan dilaut dan di samudera.

Satu periode kepengurusan telah dilalui oleh teman-teman pengurus PRIMAKAPON. Tak terasa, satu tahun perjalanan juga telah ditapaki. Pahit manis perjuangan telah dirasakan bersama. Hingga pada akhirnya waktu itu pula yang menghendaki bahwa setiap ada perbuatan atau pekerjaan, maka harus dipertanggung jawabkan. Sesuai dengan amanat Mubes terdahulu, maka sudah suatu kewajiban pengurus PRIMAKAPON untuk menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban kepada kawan-kawan PRIMAKAPON dalam MUBES ini guna mengevaluasi dan menentukan proyeksi kerja PRIMAKAPON ke depan. Meskipun kami sadar, kami hanya manusia biasa yang penuh kealpaan. Sehingga dalam menja
lankan roda kepengurusan, masih sangat jauh dari kesempurnaan, masih banyak masalah-masalah kepengurusan PRIMAKAPON yang belum bisa kami selesaikan, sehingga kami merasa belum bisa memberikan yang terbaik bagi kawan-kawan semuanya.
Kami berharap forum ini dapat memberikan kritik, saran, pendapat, dan masukan agar dengan segala kekurangan-kekurangan yang ada dapat menjadi evaluasi tersendiri bagi kami dan akan menjadi PR kerja-kerja besar priode kepengurusan berikutnya. Kami juga menyadari bahwa forum ini bukanlah satu-satunya forum pertanggungjawaban, karena di luar ini masih ada forum berikutnya yang juga menanti pertanggung jawaban yang sesungguhnya, yaitu di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
A. Pendahuluan

Dari waktu ke waktu, perubahan selalu dimulai dengan hadirnya generasi baru. Tak salah bila kita katakan bahwa generasi adalah pilar yang akan meneruskan perjuangan dan perjalanan roda kepemimpinan di masa yang akan datang. Apakah hasil yang didapat akan lebih baik atau semakin terpuruk, sangat tergantung dengan bagaimana cara mempersiapkan generasi tersebut. Oleh karena itu, pengkaderan adalah suatu keniscayaan yang dilakukan dalam rangka membina, membentuk, mempersiapkan dan memberdayakan generasi guna melanjutkan eksistensi organisasi.
Yang perlu dipahami bersama adalah bahwa proses kaderisasi bukanlah sebuah ”proses instant” atau dengan kata lain kaderisasi memerlukan waktu yang bisa jadi cukup panjang dan proses yang berkesinambungan. Oleh karena itu, analogi bahwa kaderisasi adalah jantungnya organisi sangatlah tepat. Karena jantung merupakan organ yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan. Logika terbaliknya, apabila jantung organisasi yang dalam hal ini kaderisasi tidak berjalan maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi, yaitu kemandegan dan kemunduran organisasi.
Disilah peran strategis kaderisasi dimainkan oleh bidang PSDM. Namun dihadapan sidang Mubes yang terhormat kami sampaikan maaf yang sebesar-besarnya bila harapan yang dititipkan kepada kami tidak dapat terealisasikan secara sempurna mengingat segala keterbatasan yang kami miliki.

B. Kondisi Objektif

Pada awalnya, bidang PSDM terdiri dari 3 orang personel. Yaitu Safriyanti, Eka Yulia N, dan Deni Achmad. Namun dikarenakan kekosongan di Bidang Infokom, maka di dalam sidang pleno 1, pengurus mengambil kebijakan untuk meresuffle beberapa orang pengurus yang diantaranya Sdr. Eka Yulia Narsih yang direposisikan di bidang Infokom untuk menyokong ekisistensi bidang tersebut. Pada akhirnya Bidang PSDM sendiri kebagian 1 personel baru yaitu Sdr. Syf. Dewi Juanti untuk menggantikan personel yang di resuffle tersebut.
Kami akui secara
jujur bahwa pada kepengurusan kali ini tidaklah menunjukkan peningkatan yang significant dari masa sebelumnya. Pernyataan ini dibuktikan dengan banyaknya agenda kerja yang tidak dilaksanakan sesuai dengan amanah kepengurusan. Meskipun pada awalnya program kerja yang disusun sangatlah baik, tapi yang terjadi akhirnya program kerja tersebut tidak terlaksana sedangkan program kerja yang terlaksana malah kebanyakan di luar agenda PSDM.
Pada awal kepengurusan, semangat untuk berbuat yang terbaik bagi PRIMAKAPON sangatlah besar. Namun seiring waktu, dikarenakan banyaknya
masalah yang dihadapi internal PRIMAKAPON itu sendiri, menjadikan Fighting Spirit PSDM pun mulai melemah. Utamanya masalah budget atau dana yang seringkali memutuskan harapan kawan-kawan PSDM untuk melaksanakan agenda yang telah dibuat.
Namun, dengan sedikit semangat yang tersisa, kami perlahan bangkit dan beranjak dari masalah internal tersebut. Bidang PSDM pun tidak ingin terjebak dalam masalah internal lainnya yaitu melemahnya spirit perjuangan. Meskipun dengan tertatih-tatih hingga akhir kepengurusan, agenda tetap berjalan dengan strategi memproritaskan agenda.

C. Rencana Program Kerja

Sebagaimana yang tertera dalam GBHK PRIMAKAPON, peran PSDM PRIMAKAPON adalah : Merekrut anggota aktif, membina dan meningkatkan wacana-wacana keilmuan profesionalisme dan kreatifitas mahasiswa Kabupaten Pontianak. Berdasarkan amanah tersebut maka lebih khusus bidang Sumber Daya Manusia membuat program kerja sebagai berikut:

1. Up-Grading Pengurus
2. Try Out SPMB
3. Rekrutmen Anggota Baru
4. Diskusi Intensif
5. Sensasi Anak Daerah (SENADA)
6. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
7. Lomba Artikel Ilmiah

D. Realisasi Program Kerja

1. Up Grading Pengurus

Program ini terlaksana pada awak kepengurusan yaitu bulan Februari 2007 dengan pemateri Viryan Aziz, SE.
2. Rekrutmen Anggota Baru
Terlaksana sebanyak 1 kali selama masa kepengurusan pada Bulan Oktober yang dibarengi dengan Buka Puasa Bersama anggota PRIMAKAPON.

Program Kerja yang terlaksana di luar planning:

1. Bedah Film pergerakan ”Tragedi Semanggi ’98”
Terlaksana di Aula Asrama Kabupaten Pontianak pada bulan Juli.
2. Seminar ESQ
Terlaksana pada bulan Desember di Aula Asrama Putra Kabupaten Pontianak. Jumlah peserta kurang lebih 90 orang.
3. Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) Sertifikasi Guru
Dilaksanakan di gedung kartini Kota Mempawah pada Tanggal 15 Desember 2007. Adapun jumlah peserta pada kegiatan tersebut sebanyak 89 orang.
4. Buka Puasa Bersama Bupati Pontianak.
Dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 di Asrama Kabupaten Pontianak
5. Kajian Sertifikasi Guru, Pra Seminar Semiloka Sertifikasi Guru
Dilaksanakan pada bulan Desember 2007 di Aula Asrama Kabupaten Pontianak dengan pemateri Drs. Sofyan, M.Pd.
6. Tutorial
Dilaksanakan dalam rangka pembianaan pasca rekrutmen PRIMAKAPON dengan 3 tahapan. Hingga kepengurusan berakhir, pengurus belum menyelesaikan tahapan pertama karena terkendala yang ada di kelompok tutorial itu sendiri. Untuk selanjutnya PSDM akan menyelesaikan materi yang belum disampaikan oleh tutor pada tahap ini dalam bentuk SG yang diisi sendiri oleh tutor yang ditunjuk. Adapun untuk tutorial selanjutnya akan dilimpahkan kepada PSDM PRIMAKAPON periode berikutnya.

Program Kerja Yang Tidak Terlaksana

1. SENADA
Tidak terlaksanakan karena masalah dana dan pada saat yang sama agenda acara yang terangkai dalam SENADA juga akan dilaksanakan oleh Diknas.
2. Diskusi Intensif
Pernah akan dilaksanakan 1 kali, namun pada hari H, tidak ada personel yang meng-handle acara sehingga peserta bubar. Selain itu, padatnya acara di Asrama juga menjadi kendala PSDM Untuk mencari waktu yang tepat, apalagi diskusi ini sifatnya intensif.
3. Try Out SPMB
Keterlambatan dalam mengakses informasi disekolah menjadi alasan tidak terlaksananya program ini. Akibatnya PRIMAKAPON kehilangan momentum, sementara SPMB telah di depan mata. Meskipun demikian, tujuan sesungguhnya program ini yaitu mengenalkan PRIMAKAPON kepada siswa SMA yang akan ke Perguruan Tinggi tercapai karena tercover dalam agenda PRIMAKAPON Goes To School yang dalam agenda tersebut juga bertujuan memberikan informasi tentang PRIMAKAPON dan Asrama.
4. Lomba Artikel Ilmiah
Agenda ini direncanakan akan dimasukkan dalam agenda acara SENADA, namun karena SENADA tidak terlaksana, maka agenda ini pun tidak terlaksana.
5. Pelatihan KTI
Kendala teknis menjadi kendala tidak terlaksananya agenda ini. PSDM telah menjalin kerjasaman dengan Borneo Tribune untuk mengadakan Pelatihan KTI, namun karena crew Borneo Tribene sendiri sibuk dengan moment pilkada saat itu, maka tidak sempat memberikan pelatihan.

E. Evaluasi dan Proyeksi
PRIMAKAPON adalah ”Rumah Bersama”, tempat kita mulai belajar berjalan, kemudian bermimpi, bercita-cita, dan membangun komitmen. Namun Komitmen bersama untuk mewujudkan perubahan tentu tidak akan pernah tuntas disebabkan berbagai kekurangan sang penghuni rumah. Banyak hal yang mulai terasa berubah di Rumah kita
tercinta ini. Pilihan untuk menentukan arah perubahan mulai berbeda-beda. Akhirnya, interaksi kita sang penghuni mulai kosong dan kehilangan makna. Entah kita merasakan atau tidak, bahwa rapat-rapat kita tak lagi semarak seperti dulu. Yang hadir pun wajah-wajah baru. Begitupun dengan agenda PRIMAKAPON yang kemudian berakhir dengan tragis, karena hanya didatangi oleh beberapa orang. Yang perlu dipertanyakan adalah jika kita tak merasakan hal ini, yang berarti pula sensitifitas kita yang mulai hilang.
Semoga kepengurusan tahun berikutnya menyadari masalah internal yang terjadi di PRIMAKAPON ini. Bukan bermaksud ingin menyibukkan diri dengan masalah internal belaka, namun kita tak akan pernah dapat wemujudkan kerja-kebaikan ini bila personel yang ada di sekitar struktural bermasalah.
Adapun rekomendasi untuk PSDM selanjutnya adalah:
1. Melanjutkan agenda Tutorial tahap 2 untuk anggota PRIMAKAPON.
2. Membagi Kerja PSDM dalam beberapa Divisi, yaitu divisi Kaderisasi, dan Divisi Pelatihan.
3. Membuat format Rekrutmen secara berjenjang.
4. Membuat Buku Panduan Kaderisasi.

F. Penutup

Sehebat-hebat manusia tetap memerlukan orang lain. Walau disanjung-sanjung setinggi langit, diagung-agungkan setinggi gunung tetap saja tidak ada apa-apanya tanpa orang lain. Bagaimanapun manusia tidak dapat hidup sendiri (teori Zoon Politicon).
Diakhir kepengurusan ini, Bidang PSDM mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada setiap elemen yang membantu kinerja PSDM. Kepada Pak We Khairul yang tetap memberikan semangat untuk PSDM agar tetap bergerak, untuk para pengurus, untuk BP yang respon terhadap masalah kepengurusan, untuk para panitia kegiatan, dan untuk anggota yang telah bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan biaya untuk membantu kinerja kepengurusan kali ini.. Untuk segala kelebihan dan kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya Semoga PSDM Tahun mendatang lebih baik kinerjanya dari yang kami berikan saat ini.

Pontianak, 09 januari 2008

SDM Bidang :
Safriyanti (Ketua Bidang)
Deni Achmad (Sekretaris)
Syf. Dewi Juanti (Anggota)
JUDUL KITA APA?

Mungkin kita hanya sekedar makin sering terlambat.
Mungkin juga sekedar sering lupa. Atau cuma sedikit bertambah lalai.
Atau mungkin cuma sekedar semakin enteng untuk terlibat.
Bisa juga semacam ketenangan dalam kealpaan.
Dan tentu kita tidak menyebutnya sebagai futur…

Bisa jadi kita Cuma semakin malas.
Di mana denganna dalih kita semakin banyak dan bervariasi.
Ayau kita semacam sedikit pilih-pilih tugas,
Agak ada banyak tugas yang kita rasa tidak pantas lagi kita kerjakan.
Dan kita tidak juga menyebutnya sebagai futur…

Mungkin kita hanya terganggu.
Kita hanay sedikit agak terganggu dalam tilawah, atau dalam puasa atau mungkin lainnya.
Sebenarnya tidak berat, Cuma sekedar agak sulit menikmatinya.
Dan kita memang sulit mendefinisikannya sebagai futur…

Kita mungkin Cuma semacam bosan.
Atau sekedar ingin melongokkan kepala ke luar sana.
Atau kita Cuma kaget kecil-kecilan.
Atau sekedar silau.
Atau bahkan sedikit lebih ringan dari pada it.
Dan sulit bagi kita menyebutnya futur…

Atau kita Cuma sedkit tersadarkan,
Pada realitas keluarga kita.
Rumah dan kendaraan kita.
Sedikit tersadar akan relaitas karir kita.
Atau sedikit menghitung-hitung realitas sosial kita.
Dan tentu saja itu bukan futur…

Bisa juga kita Cuma melihat tekungan sejarah.
Ada yang berbeda di depan sana.
Dan kita semacam sedang sedikit membuat apresiasi.
Atau paling tidak semacam antisipasi.
Tidak lebih dari itu.
Mungkin juga itu bukan futur…

Senin, 14 Januari 2008

Menyoal Kekerasan Terhadap Anak Di Sekolah


Oleh : Safriyanti*


“Non schole le sed discimus”, sebuah pepatah Yunani yang apabila diartikan secara bebas bahwa sekolah tujuannya bukan untuk mencari skor atau angka-anggka tapi sekolah itu untuk belajar untuk kehidupan bahkan hidup itu sendiri. Kata sekolah itu sendiri, pada dasarnya berasal dari kata skhole, schole atau schola yang bermakana waktu luang atau waktu senggang. Dahulunya, orang-orang Yunani biasa menitipkan anak-anak mereka kepada orang-orang yang dianggap pandai untuk diajari ilmu pengetahuan dan dididik tentang filsafat, ilmu alam, dan sejenisnya. Pada zaman itu, sekolah dipandang sebagai suatu aktifitas yang menyenangkan juga mengasyikkan bagi siswa.

Mencoba membandingkan kondisi persekolahan saat ini. Tak jarang sekolah masih dianggap sebagai beban berat yang menghimpit anak. Sedangkan aktifitas di luar jam pelajaran justru menyenangkan oleh sebagian anak. Adapun di dalam jam pelajaran dianggap membosankan dan membebani. Menurut pengamatan penulis, jika siswa berada di kelas, maka ingin segera mendengar bel istirahat dan keluar kelas secepatnya. Dan jika ada pengumuman pulang lebih awal atau libur, mereka gembiranya bukan kepalang, bersorak sorai, seperti terlepas dari sebuah beban psikologi yang berat dan menghimpit. Hal ini juga seperti yang penulis rasakan saat menjadi siswa bahkan hingga saat telah menjadi “mahasiswa”. Sekolah maupun kampus sama-sama dirasakan sebagai tempat yang membosankan. Keduanya tak lagi menjadi tempat yang nyaman dan diidam-idamkan seperti ketika pertama kali mendaftar.

Seperti halnya yang diberitakan beberapa waktu lalu dikoran lokal ini dalam sebuah editorial, bahwasanya hasil penelitian di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak di sekolah sebagian besar dilakukan oleh guru. Hal tersebut bukan berbentuk kekerasan fisik, namun berupa kekerasan non fisik seperti halnya pemberian tugas berlebihan, memaksa anak untuk berkompetisi secara berlebihan dengan memberikan target prestasi yang terlalu tinggi, dan tak jarang memaksa anak harus menguasai mata pelajaran tertentu di luar minatnya, hingga mematikan kreatifitas anak.

Guru masih dianggap sentral dalam pendidikan kita. Oleh karena itu, berbagai kritikan kerap kali ditujukan terhadap guru. Seharusnya hal tersebut menjadi titik tolak untuk mengevaluasi pendidikan yang telah mereka laksanakan di kelas. Karena secara umum, guru lebih tepat disebut melaksanakan mengajar saja dibanding mendidik. Mengajar itupun masih dengan metode tradisional dan konservatif. Akibatnya seringkali otak siswa dijejali dengan berbagai pengetahuan sekehendak hati sang guru dan sekehendak kurikulum dengan dalih siswa harus mendapat nilai tinggi dan lulus Unas. Sementara siswa tak diberi kesempatan berfikir, mencerna, bereksplorasi, apalagi berkreasi.

Wajar kiranya, bila dikatakan bahwa kekerasan di sekolah kebanyakan dilakukan oleh guru. Karena sekolah menyenangkan seperti ketika orang Yunani rasakan dahulu, tidak dirasakan oleh anak-anak di sekolah kita. Di saat guru masuk kelas, yang akan nampak adalah para peserta didik tidak bersemangat, sayu, raganya nampak tetapi pandangannya kosong. Ada lagi yang lainnya sibuk kirim-kirim SMS, baca komik, atau tidur. bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, jika guru bertanya apakah ada pertanyaan, maka serentak siswa menggeleng atau diam. Seperti itulah setiap harinya yang terjadi disekolah kita. Namun sayangnya tak banyak guru yang mampu menganalisis kondisi tersebut dan membiarkan kondisi berlarut-larut. Anak didik kita tak merasakan kenyamanan dan kesenangan sepertihalnya yang dirasakan oleh anak-anak Yunani dahulu, sekolah yang menyenangkan dan mengasyikkan di waklu luang, yang ada malah kekerasan non fisik belaka, perasaan tertekan, dan pemaksaan kehendak.

Penulis tak sepenuhnya menyalahkan guru, karena dalam hal ini guru bukanlah satu-satunya agent yang menyelenggarakan pendidikan, karena bagaimanapun guru sering kali harus patuh pada sistem. Dalam sebuah jurnal diceritakan, pernah suatu ketika seorang guru asing mengunjungi sebuah Sekolah Dasar di sebuah negara Asia, yang pada saat itu di sebuah kelas sedang ada pelajaran menggambar. Guru asing melihat ada 60 siswa dikelas itu sedang menggambar kucing seperti yang digambarkan oleh guru mereka di papan tulis. Dengan susah payah siswa meniru apa yang terlihat di papan tulis. Hasilnya, ada 60 gambar kucing yang persis dengan gambar sang guru seni di papan tulis tersebut. Betapa terkejutnya guru asing tersebut, karena di negaranya Eropa, metode yang diajarkan sangat berbeda dengan yang ada di Asia. Di sana, siswa diberikan kebebasan untuk menggambar apa saja, tidak pernah ditemukan guru yang mencontohkan cara menggambar kucing di papan tulis. Hasilnya di ruang kelas tersebut penuh dengan beraneka ragam gambar yang berbeda dengan satu yang lainnya sesuai dengan keinginan dan kreasi siswa. Begitulah cermin pendididikan kita, anak yang memiliki potensi, minat dan kapasitas yang berbeda dipaksa memiliki kemampuan yang sama.

Bila bicara soal sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia, dengan kurikulum yang padat dan kebijakan Unas yang meninggalkan masalah, jelas sudah betapa sistem pendidikan kita telah mengeksploitasi anak didik.. Lewat Unas yang katanya bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan, siswa diharuskan lulus dalam tiga mata pelajaran yang barangkali mereka tak memiliki kemampuan di bidang itu. Konsekuensinya, anak harus pontang panting belajar sesuatu di luar minatnya.

Perlu disadari, anak memiliki bakat, kemampuan, minat dan kapasitas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mereka tidak dapat dipaksa menjadi jelmaan seperti yang dinginkan oleh guru atau orang tua mereka. Guru maupun orang tua boleh-boleh saja punya obsesi pribadi yang dibebankan dipundak mereka demi masa depan mereka, namun pilihan tetap ada di tangan mereka, karena mereka jauh lebih tahu potensi dan kemampuan mereka sendiri. Oleh karena itu, anak seharusnya diarahkan untuk menjadi diri mereka sendiri dan dimotivasi untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki, hingga ketika dewasa mereka tak akan tunduk dan patuh pada siapapun atau menjadi kuli siapapun yang memiliki obsesi atau kepentingan pribadi. Semoga guru yang merupakan orang tua siswa di sekolah dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan bukan sebagai penindas intelektual siswa.

*) Penulis adalah Mahasiswa FKIP Untan, Wakil Presiden Mahasiswa BEM FKIP Untan aktif di kepengurusan PRIMAKAPON.

Di publikasikan di Pontianak Post di kolom opini pada bulan Desember 2007