RSS

Rabu, 28 Oktober 2009

Saya cemburu…

Pernah merasa cemburu? Saya yakin, setiap orang pernah merasakannya. Dan beberapa waktu ini saya benar2 sedang cemburu. Tapi jangan diartikan saya iri, saya hanya cemburu. Perasaan manisiawi yang datang tanpa direkayasa. Saya bukan posesif. Apasih di dunia ini yang milik saya? semua hanya titipan Allah, jadi buat apa saya merasa memiliki. Tapi perasaan itu datang dan mengganggu saya akhir-akhir ini. Kemudian membuat saya bertanya keheranan, kenapa bisa?

Saya cemburu. Saya mencoba mendefinisikan perasaan ini sebaik-baiknya. Jangan sampai saya salah arti. Entahlah, apa saya boleh menyimpan perasaan seperti ini atau harus saya buang jauh2. Tapi saya rasa Tuhan juga membolehkan. Bukankah Ia juga sangat pencemburu bila ‘cinta-Nya’ di duakan? Begitupun saya… Tapi yang perlu menjadi catatan, kecemburuan saya ini bukan tanpa alasan. Juga bukan karena saya tak bisa melakukan hal serupa. Saya bisa, hanya tidak mau… malah kalau saya mau, jalannya sudah terbuka lebar di depan mata… hanya, saya tak mau menceburkan diri terlalu dalam…

Saya hanya cemburu, karena satu hal yang membuat tak ‘sreg’ untuk didengar dan di saksikan. Karena saya tak segitunya. Apa yang membuat saya cemburu? Susah saya jelaskan, ada hati yang harus saya jaga. Saya tak mau menyakiti siapapun dalam hal ini, meski hati saya miris bukan main. Saya takut….,toh selama ini saya juga tidak sebaik apa yang dipikirkan. Saya hanya merasa itu tak pantas kita lakukan selaku orang2 yang mengaku ‘nahnu du’at qobla kulli syai’in’…. Mengatakannya? Saya tidak seberani itu. Sekali lagi demi menjaga perasaan orang lain. Tapi yang pasti keadaan dan interaksi seperti itu membuat saya ‘muak’ bercampur sedih… hingga semuanya hanya menyisakan tanya, juga tangis dalam diam, Kemana hasil tarbiyah kita setiap pekan? Kemana kita yang sudah bertahun2 berada dalam lingkaran tarbiyah ini? Wallahualam bis shawab… Hanya Allah yang mengetahui apa yang kita zahirkan dan kita sembunyikan.

Senin, 26 Oktober 2009

Hidup Normal

Satu hari aku berkata pada seorang teman dengan penuh keyakinan. “Back to our normal life..”

Tapi hari ini aku bertanya pada diri sendiri. Adakah hidup yang normal itu? Apakah konotasi kata normal itu sama artinya dengan 'tidak gila', tapi bukankah sebagian besar peristiwa yang kini kita jalani adalah pilihan sadar? Dan karenanya segala sesuatu yang terjadi adalah konsekuensi dari hal-hal yang pernah aku pilih di masa lalu?

Kadang aku berpikir, kalau saja mesin waktu bisa kuputar, bagian mana dari hidup yang ingin kuubah? Jalan mana yang ingin kutempuh lagi, jalan mana yang ingin kuhindari? Sayangnya, jawaban pertanyaan itupun tak berguna. Cuma sekedar mengorek luka lama. Pahit...

Akhirnya, aku pikir, mungkin memang tak ada hidup yang normal. Sekaligus tak ada hidup yang tak normal. Yang ada cuma kini yang nyata, setumpuk pilihan hidup untuk disegerakan. Hidup cuma sekali. Untuk itu mesti berarti. Entah normal atau tidak, tak peduli.

Hanya saja, seperti kata bang 'long' agus, bahwa kita tak akan pernah bisa memperbaiki masa lalu atau kembali ke masa lalu, tapi kita bisa bisa memulai sesuatu yang lebih baik di masa depan.


*Saat sedang "normal"....

Kamis, 22 Oktober 2009

Ku tanya Tuhan

Hei...kutanya Tuhan pagi ini, kalau itu memang yang ia tuliskan sebagai nasib, aku akan menerimanya, dengan senang hati.

Demi sesuatu yang mungkin belum begitu kutahu akhirnya. Atau sesuatu yang masih berputar2 di udara dan belum bermuara di satu titik.

Tak perlu berpikir panjang, cukup berbekal kenekatan, dan membuang pesimis ini. dan Akhirnya... d dream comes true...

i'm so happy, any way.


Selasa, 20 Oktober 2009

Koma dan Titik

Koma dan Titik

Simple saja dua kata itu. Makanya blog ini akhirnya berganti menjadi dua tanda baca yang menurut saya paling sering kita pakai untuk menulis. Gak punya alasan yang mendasar sebenarnya. Just wannna enjoy d new blog.

Koma dan titik. Kadang saya merasa hidup kita ya dua kata itu. Kadang titik kadang koma. Untuk filosofinya, may be next time will be told completely. Soalnya sekarang lagi fokus googling hunting bahan skripsi..^_^

Rabu, 14 Oktober 2009

Pulang

Pulang….

Bagiku, pulang adalah langkah untuk memetakan dan memahami apa yang kulakukan hari ini. Termasuk sore kemarin, sore 2 hari yang lalu, juga sore-sore sebelumnya saat aku PULANG dari rutinitas bertemu malaikat-malaikat kecil nan ceria di tempat aku mengajar, murid-muridku yang lucu dan gembira. Rutinitas sore ini sudah lama kujalani. Menyenangkan, karena aku banyak belajar dari mereka tentang optimisme kanak-kanak yang tak perlu kompensasi. Dan jika aku pulang, maka aku merasa sudah menemukan semuanya.

Pulang...

aku pulang untuk menemukan kesejatiaan diri. Memupuk semangat untuk esok pagi. mempersiapkan diri untuk kembali menulis cerita masa depan. Sungguh aku ingin pulang…

Senin, 12 Oktober 2009

Aku si Pejalan Kaki


Sudah lama rasanya aku pergi
Menempuh jarak berkilo-kilo
Tak kunjung menemukan keberartian yang kucari

Aku si pejalan kaki
Mengitari hutan,
Berteduh di bawah jelaga
Mencari jejak kesejatian
Bilakah cita terkayuh lagi?

Kamis, 08 Oktober 2009

Perahu Kertas

Perahu Kertas. Aku baru saja menyelsaikan buku itu disela-sela kesibukan berbenah diri, dan menyelesaikan satu tugas untuk masa depan. Bagiku, buku ini mengingatkanku pada impian-impian masa kecil. Sesuatu yang seringkali kita lupakan. Padahal, seperti kata Keenan, “ Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan untuk jadi diri kita sendiri.”

Kalimat itu membuatku merenung dalam. Melihat diriku sendiri, terasa ada hal-hal yang hari ini harus aku kompromikan demi kelangsungan hidup. Demi situasi yang disebut : realita. Namun, selalu ada yang tak boleh dilupakan. Bagi Keenan itu adalah impian menjadi pelukis, bagi Kugy itu adalah cita-cita menjadi penulis dongeng. Bagiku, itu adalah cita-cita untuk memberi inspirasi, membuka jalan, membagi semangat dan keberanian bermimpi pada lebih banyak orang di sekelilingku, lebi-lebih bagi diriku sendiri.

Perahu Kertas memang tak se‘berat’ novel Dee (dewi lestari, red) yang dulu. Ia lebih ‘muda’ dan 'ringan'. Tapi dengan liku-likunya kita diajak berkaca pada labirin cinta yang berkabut. Bukan masalh cinta itu yang harus dibahas habis-habisan, tapi pelajaran hidup yang syarat makna di dalamnya yang dihadirkan dee dengan apik. itulah pusaran energi antara Keenan, Kugy, Remi dan Luhde. Yang pada akhirnya, kejujuran hatilah yang menang. Mungkin menyakitkan, namun pada akhirnya lebih menentramkan. Setidaknya, agar kita tak hidup dalam kepalsuan.

Kepalsuan sebuah hubungan. Kepalsuan sebuah karir. Kepalsuan rasa bahagia. Kepalsuan hidup. Bukankah sebagian kita tenggelam di dalamnya?

Senin, 05 Oktober 2009

Sepatu Kebahagiaan

Bahagia. Entah berapa banyak aku menulis tema ini... Ternyata, bahagia itu memiliki banyak dimensi, hingga tak pernah habis untuk dikisahkan. Aku bahagia. Aku punya taruhan hidup yang harus kubuat bahagia. Aku juga tak ingin menyesatkan diriku sendiri, membiarkannya dalam keterpurukan. mengapa aku harus tak bahagia? Aku memiliki semuanya. Seorang makhluk lengkap yang diciptakan tanpa cacat. Karena itu, setiap kali bangun tidur, selalu kutanamkan dalam hati untuk menjalani hari dengan sebaik-baiknya, memasangkan kaki ini sepatu kebahagiaan. Ya..., kebahagiaan adalah sepatu yang harus kupakai setiap hari. Kenapa? Semata ingin menunjukkan pada-Nya bahwa aku telah bertanggung jawab atas nafas yang ia tiupkan. Aku ingin berarti, ingin memilki sesuatu yang bisa ruhku banggakan, karena berada dalam jasad seorang aku.

Aku tak hendak mengatakan aku tak pernah bersedih. Seringkali, tribulasii dan keadaan membuatku jatuh bangun mempertahankan hidup. Menghentak, sesekali sanggup membuat terdampar dan pecah. Tapi aku tak ingin selamanya berantakan. Kupungut kembali puing-puing yang tercecer, menyusunnya kembali, dan menemukan diriku sudah seperti sedia kala. Kita tak akan pernah mengenal positif, tanpa negatif. Hidup pun demikian. Kita baru akan merasakan benar2 bahagia itu berarti saat kita pernah jatuh. Ya, hidup memang terasa sedikit lucu dan sedikit ironis. Kadang kita dibuat terbang setinggi-tingginya karena bahagia, dan kadang dihempaskan sedalam-dalamnya. Tapi, bahagia itu adalah pilihan. Tangis tak selalu berarti berduka, sebaliknya tawa tak selalu didefinisikan dengan bahagia. Kadang, orang tertawa dengan cara menangis, dan menangis dengan cara tertawa. That's the art of life, seninya hidup.


*Saat kembali menata diri, setelah lepas dari Ujian Hati itu. Thanks Lord

Minggu, 04 Oktober 2009

Ada yang Hilang

Aku merasa ada yang hilang, tanpa tahu apa yang sudah aku temukan...
Aku merasa menemukan tanpa tahu apa yang aku cari...
dan aku seperti masih mencari tanpa tahu apa yg sudah hilang...

Manusia memiliki mimpi.. ada yg mengejar dan mewujudkannya, ada yg mundur dan membuangnya, ada pula yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya..
dan aku akan menjadi manusia yg terakhir itu…”

(he he he... ni puisi yg kian melow, miliknya BCL)