RSS

Rabu, 30 September 2009

Berantakan

Kenapa sekarang jadi tulalit begini? Teledor, ngawur, pelupa, dan segala embel-embel "berantakan" itu ada padaku? What's going on? What's life? the world seems crowded!. Ditambah sama penyakit insomnia yang bikin gak fresh kalo bangun pagi. Aku mulai payah! aku mulai ngerasa gak produktif.

Second chance? sepertinya terlambat. Banyak deadline yang terlewat kini. Padahal dulu udah belajar banyak ilmu managemen. I don't know what i got till now. Huh... what's to be the real problems? I need better reasons. Perhaps, ilmu managemen waktu itu yang udah terlupa, atau karena something wrong with my heart? yah, it can be! Hati adalah patner, kata temanku. Thus, semua ke'berantakan' yang aku alami ini mungkinkah karena hatiku yang berantakan pula?

Ya ya...mungkin itu penyebabnya. LOOK at me now! Jauh dari-Nya, sombong bangetz! gak merasa butuh dengannya. Asik dengan diri sendiri, seolah bisa mengatasi semuanya. Masya Allah... kenapa aku bisa terjebak pada masalah yang dulu ku anggap sepele --seujung jari--- gini? Forgive me, Lord! Aku janji, gak akan lama-lama menyimpan penyakit ini. Aku mau kembali pada Mu saja. Biar aku gak tulalit lagi, biar aku gak teledor, ngawur, pelupa dan berantakan lagi. Biar aku gak pesimis lagi. Aku ingin kembali.

Seperti...


Seperti orang-orang yang telah mengacak hidupku. Seperti orang-orang yang tak pernah merasa bersalah, yang malah menyudutkanku. Tak tahukah bagaimana aku jatuh bangun menjaga hati. Tak tahukah bagaimana aku menyusunnya, meski sudah tak seperti semula. We meet people for a reason. Petuah lama yang kuingat sampai mati, tapi kini membuatku runtuh.Aku kehabisan energi, lelah berlari, lelah membela diri. Aku hampir hancur tanpa bentuk kini. Tapi, apakah ada yang peduli?. Aku tak minta dikasihani,tapi kumohon jangan hancurkan aku lagi. Hidupku sudah terlalu ricuh, jangan gemparkan lagi, jangan tawarkan aku luka itu lagi!

Am I childish?

Ada satu perasaan sedih, yang tiba-tiba menelusup tanpa bisa saya cegah. Kadang membuat saya ingin terbang, melesat cepat dan jauh, sejauh-jauhnya.Kadang pula saya hanya ingin bersembunyi dalam tempurung, jauh dari kebisingan, jauh dari keramaian, jauh dari segala macam polusi yang akan mengecewakan saya. Tapi bukankah dengan lari dari masalah tak akan menyelesaikan semuanya? i just need to make it more simple.

Ah, kenapa masih juga seperti anak kecil? Tapi jujur, saya pernah ingin kembali menjadi anak kecil. Mengembara dalam ruang imajinasi 4 dimensi, bermain-main,dan ketika lelah, tertidur kemudian bermimpi indah. Simple sekali.

Seperti saat ini. Saat seseorang tengah menyalahkan saya, atas sesuatu yang tak penah saya lakukan. Sebenanya saya yang harus bertanya, atau bahkan berhak marah. “Kenapa saya yang disalahkan?”. Kenyataannya, I’ve never started., even since the first time. Dalilya, saya hanya tak ingin memberi harap, juga tak mau berharap. Saya benar-benar tak bermaksud menyakiti siapa-siapa. Maafkan, bila kata menyakiti hati, atau hati ini yang menyakiti hati yang lain.. Saya takut bila memberi sedikit harap, saya malah memberi lebih banyak porsi tuk kecewa.

"mellow attacks"


Minggu, 27 September 2009

Malas Makan!

“karena saya malas makan”. Satu kalimat yang munkin biasa anda dengar dari seorang teman atau lawan bicara anda. Yah, satu kalimat yang dulu sering saya ucapkan ketika sedang tak berselera untuk makan. Sampai-sampai seorang teman saya menjawab ”makan aja kok pake acara malas”. Tek! Iya ya, aneh juga saya ini (mugkin juga anda yang sering memakai istilah ini), makan aja kok malas, padahal tingal makan aja kan.

Sampai pada suatu hari, saya datang menghadiri sebuah acara ’pekanan’ di rumah guru spiritual saya (udah kayak artis ya, pake guru spiritual segala, he...). Nah, sesuai agenda, emang rencananya kami akan nonton filem bareng. Saat itu ternyata filemnya error and gak bisa muter. Hingga akhirnya nonon filemya batal. Untuk mengganti acara nontonnya, temen saya memutarkan beberapa video yang bikin saya dan temen-temen laen pada termangu-mangu. Waduh, bener-bener saya merasa makhluk paling ’takabbur’ di dunia. Bisa-bisanya saya nyebut ’malas makan’, padahal banyak orang-orang di sekitar saya yang gak bisa makan (di video itu bener-bener diliatin gimana orang-orang yang kelaparan, karena gak ada yang bisa dimakan). Sejak saat itu, saya berniat dengan sepenuh hati, saya gak akan lagi menyebutkan satu kalimat itu jika tak berselera makan. Kan masih banyak kalimat laen yang leih sopan dan terkesan gak takabur ketimbang ’malas makan’. Intinya jangan ada embel-embel malasnya gitu loh. So, buat yang masih suka nyebut ’malas makan’, mulai sekarang, segera ubah kebiasaan anda.

Kamis, 17 September 2009

Keseimbangan


Maaf....
Tapi pikiran-pikiran itu selalu menggangguku
jauh sebelum cerita-cerita itu datang dan mengacak segala nya,
Jalan setapak ini hanya tanah,
Tapi terasa seperti kerikil tajam yang menusuk
Bahkan rumput liarpun seperti enggan memberi iba

Adakalanya kehidupan terlalu dekat
dengan ego dan menjauh dari toleransi
dan nada sumbang khas lipsing
seolah menjadi sebuah jalan kala keberanian ciut,
lari dan bersembunyi..
Bersembunyi dari keadaan,
Bersembunyi dari kenyataan,
dan bersembunyi dari kehidupan

Semu bak coretan dinding
Yang menerus membingungkan jejak untuk melangkah
Kemana perginya keberanian?
berlari...
selalu berlari...
dan akhirnya terhenti
selalu terhenti di jalan yang sama

Kesendirian yang menakutkan
Merenung dan memutar film usang dengan alur flashback
tentang cerita dan kenangan..
Sebagian orang menyebutnya rutinitas yang wajar
Tapi aku ingin menyebutnya keseimbangan



##Tak jelas##

Rabu, 09 September 2009

Moment mengharukan

Entah berapa lama lagi saya harus menunggu saat-saat itu? setahun, dua tahun, atau malah bisa jadi sebulan dua bulan? Saya terus menunggu, sambil mempersiapkan diri dan berpikir tentang masa depan saya setelah momentum mengharukan yang akan saya saksikan itu.

Mungkin sudah sunnatullahnya begitu. Sedang saya hanya seorang hamba yang mau tidak mau harus melakoni peran dan peristiwa dengan sebaik-baiknya. Berharap, saya akan tegar dan lebih dewasa di lain waktu. Saya hanya meminta satu pada Tuhan, saya tidak menangis untuk moment itu. Walau mungkin hati saya akan mengepingkan luka. Tapi entahlah, apakah saya benar-benar bisa menahan air mata agar tak mengurai? Atau saat itu juga semua akan berderai. Tapi, apapun yang terjadi nanti, semuanya diluar kehendak saya. Sekali lagi saya hanya hamba.

Melankolis

Belakangan ini isi blog saya pada melankolis banget ya? Ceritanya, beberapa teman bilang blog saya isinya tulisan patah hati dan patah semangat gitu. Waduh, saya jadi malu nih. Saya ini paling gak PD kalo dibilang melankolis atau romantis yang dramatis. Terlalu mengada-ada rasanya. Padahal gak segitunya. Tapi, apa harus saya merombak isi blog saya hanya karena takut dibilang mellow? ;0

Melankolis, 1 kata itu begitu sensitive rasanya ditelinga saya. Karena kesan pertama yang muncul kala orang bertemu saya pasti saya dibilang melankolis, entah karena apa. Padahal, isi tes psikologi kepribadian saya menyatakan saya ini dominan koleris, dan melankolis menempati urutan ke-2. Namun bukan itu masalahnya. Hanya saja persepsi melankolis yang sepertinya salah dikalangan teman-teman saya.

Mungkin selama ini pribadi melankolis itu identik dengan cengeng, nangis, pemurung, pendiam, pesimis, pokoknya yang kurang baik.... Padahal banyak kok nilai plus pribadi melankolis seperti berpikiran mendalam, analitis, perfeksionis, sanggup mengerjakan rutinitas, detail, puitis, teratur, rapi, menyukai sastra, dan masih banyak poin positif lainnya. Loh? Tapi kok banyak juga yang salah persepsi. Kadang2 saya kesal sendiri, ngomel dalam hati dan protes juga, apa gak baca buku ’personality plus’ atau buku sejenisnya kayak ’pumping talent’ gitu?

Tulisan ini sebenarnya tak bermaksud membuat klarifikasi bahwa saya ini bukan penganut melankolis sejati. Nyatanya, saya menikmati saat-saat saya sedang mellow. Walhasil tulisan yang dibuat jadi lebih mengalir, dan lebih dapat feelnya aja. Gak perlu juga kan saya teriak-teriak ’aku bukan melankolis...’ karena toh selama ini saya merasa nyaman-nyaman aja menjadi diri sendiri. Gak perlulah stress mikirin pendapat orang lain. Hanya saja, agaknya perlu meluruskan persepsi teman-teman yang sering membuat generalisasi tentang melankolis semaunya... he he... \0_0/

Rhapsody Perpisahan

Aku menyeret langkahku
Seperti menyeret kembali sepenggal hidupku
Yang tertinggal disini
Di tempat terasing

Sedang mencoba untuk mengerti
Tapi tak kunjung menemukan alasan
Hanya akan berujung menjadi
"JIKA SAJA"

Jawabannya
Cukup kenang aku
Yang jauh dari sebuah negeri terasing
Tak tahu kemana kembali
Kalaupun pulang
Kemana kulabukan hati?

Ya, aku cukup dikenang saja
Langit masih terbetang
Terbanglah jauh
Meski air mata manitik nitik

Aku tak akan pernah pulang
Hanya mencoba bersandar
Di antara tajam duri-duri
Merasai sakitnya bisa
Biarkan semua menyepikanku
biarkan menjadi...
Rhapsody perpisahan

Selasa, 01 September 2009

Merenung


Seiring waktu berlalu
Tangis tawa di nafasku
Hitam putih di hidupku
Jalani takdirku

Tiada satu tersembunyi
Tiada satu yang terlupa
Segala apa yang terjadi
Engkaulah saksinya

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa ku kembali
Hapus semua pedih

Andai nanti aku bisa kembali ulang segalanya
Tapi hidup takkan bisa meski dengan air mata
(Maha Melihat; Opik feat Amanda)


Aku merenung, tadi malam, bersama gelap di atas lantai dingin sambil menyandarkan kepala di sisi tempat tidur. Mataku menerawang dalam diam, memandangi seorang teman yang telah tertidur pulas. Ah, andai saja saat itu aku diberikan ngantuk, pasti sudah kunikmati lelap melepaskan sedikit beban hidup untuk beberapa saat. Tapi tidak, meskipun mata terasa berat, namun pikiran masih tak bisa kompromi.

Beberapa hari ini aku benar2 sedang ‘fall’. Merasa kosong dan sepi. Dan sepi itu telah melesak dalam ramai sekalipun, membungkam optimisme yang selalu ku punya. Seharusnya aku tak seperti ini. Seharusnya aku bisa merealisasikan cita dan mimpi yang dulu ku susun rapih. Tapi inilah kenyataannya. Semua mimpi telah menjadi angin, dan tak pernah kembali, meninggalkanku termangu menunggu. Memang benar, bahwa keinginan adalah sumber kecewa. Jika tak hendak menjadi abu, maka jangan menanam berharap terlalu dalam.

Aku memang tak sempurna. Sebait kenyataan yang membuatku sadar akan sebuah nilai diri. Aku hanya seorang manusia biasa yang memimpikan semua berjalan sebagaimana mestinya. Aku terlalu merasa benar, merasa super dan bisa melakukan apa saja. Padahal, hanya seonggok daging yang Ia tiupkan Ruh untuk menjalankan scenario takdir yang tertulis.

Kini, ku hanya ingin mendekap kesendirian dengan berfikir, meresapi segala hal yang telah aku bangun, mencoba menata ulang mimpi meski nyinyir, juga keyakinan mulai surut dan membunuh optimisme. Tapi aku yakin, seperti janji-Nya, di balik kesulitan ada kemudahan. Dan keyakinan itu yang tidak boleh hilang kini.

Jelang 02:00 malam.

Bicaralah Padaku


Bicaralah padaku
Ketika tubuhku kaku,
Ketika hatiku pilu,
ketika pikiranku buntu membatu,
Ketika otakku membeku,

Bicaralah padaku
Ketika ku ingin berbagi sedihku,
Ketika hatiku sepi dan sendu,
Ketika ku mati-matian menahan airmataku,

Bicaralah padaku,
Ketika ku merasa semua orang menghianatiku,
Ketika semua orang mengabaikanku,
Ketika semua orang tak butuh diriku,

Bicaralah padaku,
ketika ku ingin membagi senyumku,
tawaku,
ceritaku,
kisahku,

Bicaralah padaku, Tuhan