RSS

Sabtu, 21 Juli 2007

Penghapusan Opspek Perlu Bijak lho Pak

Siapa yang hendak dipersalahkan soal dihapuskannya Opspek? Kebijakan pak Rektor ini mengundang kontrovesi berbagai pihak. Ada yang pro dan ada pula yang kontra. Beberapa waktu lalu seorang aktivis NGO menulis bahwa Opspek memang tak layak lagi dilaksanakan karena sama saja dengan membuka akses kekerasan di kampus, seperti halnya kasus IPDN. Kemarin pun, seorang Mahasiswa dari sebuah fakultas di Untan menyatakan kontra terhadap kebijakan pak Rektor ini karena takutnya Rektor Untan hanya latah, trauma pada kasus IPDN.

Sebenarnya apa sih yang bermasalah dari Opspek hinggga harus dihapuskan? Kekerasan kah? Penjajahan intelektual kah? Tidak akademis atau apa? Kita tak hendak menyalahkan atau membenarkan siapa-siapa, karena penghapusan opspek ini perlu kajian yang lebih serius karena kalau saja Rektor Untan terpilih, Pak Khairil Efendi mengeluarkan kebijakan atas dasar pertimbangan sendiri atau senat saja itu namanya tak aspiratif. Karena itu kepada pak Rektor diharapkan dapat menampung seluruh aspirasi mahasiswa baik itu BEM, HIMA dan UKM yang ada di Untan. Karena kalau saya perhatikan tidak semua fakultas yang ada di Untan melakukan akses-aksek kekerasan melalui Opspek. Toh, seperti di FKIP dan MIPA malah lebih terkendali dan kegiatan yang dilaksanakan benar-benar pembinaan kepada mahasiswa baru. Hal ini dapat dilihat dari pola pembinaan yang terarah dan muatan-muatan materi yang diberikan.

Yang harus dipertimbangkan adalah jangan sampai ketika pejabat Untan ingin mengarahkan Opspek kepada kegiatan berbasis kependidikan dan akademis malah membuat para mahasiswa menjadi generasi yang lemah, malas berfikir, manja dan tak kreatif karena pada penyambutan mereka tak kenal dengan pembinaan mental. Akhirnya nanti Untan hanya menghasilkan generasi yang tak berdayaguna di masyarakat. Pada hal salah satu dari tri darma perguruan tinggi adalah pengabdian pada masyarakat. Akademis utamanya, namun mental tak gampang menyerah dan kreatif serta kuat juga harus dimiliki mahasiwa, mengingat kompleksitas kampus yang menuntut mahasiswa untuk lebih bermental ”pejuang”. Sekali lagi kepada pak Rektor Untan terpilih diharapkan lebih bijak mempertimbangkan dan mengambil keputusan mengenai Opspek ini.

Safriyanti, Wakil Presiden Mahasiswa BEM FKIP Untan
bro_iyan@yahoo.com

::dipublikasikan kembali dari kolom surat pembaca Pontianak Post