RSS

Jumat, 12 Maret 2010

Teman Bicara

Masih seperti bulan lalu
Kita masih bicara
Tentang apa yang kita lalui hari ini
Lalu tentang tulisan
Lalu tentang takdir
Lalu tentang kehidupan

Kau bertanya
Aku menjawab
Dan sebaliknya

Tak ada rentang
Semua terbuka
Apa adanya

Kita bagai dua sisi yang baru saja dipertemukan
Saling menanti di sudut kota
tiap senja menenggelamkan matahari

Menunggu hingga malam
Ketika suara binatang-binatang mengalun tenang
Hanya untuk berkisah soal masa depan
Juga mimpi-mimpi yang kita rajut tiap hari

Kita, adalah teman bicara

Ramah

Beberapa waktu lalu sempat terkaget-kaget mendapati diri saya “dinobatkan” sebagai senior teramah dalam momentum acara puncak HUT Asrama yang saya tempati. Sebelumnya memang ada poling asrama putri dan putra untuk beberapa nominasi yang telah dibuat. Namun, malam itu sungguh membuat sedikit terkejut. Senang iya, namun lebih dari itu membuat saya introspeksi diri, akan eksistensi diri saya di tengah-tengah orang yang saya cintai. Benarkah saya selama ini sudah sedemikan ramah? Ehm… lebih tepatnya, benarkah saya telah membuat orang-orang di sekitar saya merasa aman dari kata-kata yang keluar dan tindakan saya? Saya mencoba mengaca diri kembali. Bagaimanapun selama ini saya masih merasa sangat egois. Ketika sedang tak enak hati, seringkali orang-orang di sekeliling saya mendapati saya cemberut, tidak menyapa, tidak berwajah ceria atau paling tidak diam, seakan masalah saya paling besar, seakan saya paling stress, seakan saya paling layak tidak menyapa karena saya senior. Begitukah? Ehm….Sungguh saya malu pada diri sendiri saat mendapatkan award senior teramah itu. Lalu bagaimana di luar sana? Saya juga merasa sering sungkan menyapa duluan orang yang saya temui. Malah terasa lidah sangat berat menyapa orang-orang yang tidak saya kenal dalam antrian, masjid, bus kota, rumah makan, atau tempat umum lainnya.


Masya Allah… Saya masih juga sombong ya? Makanya sempat malu dan grogi sendiri saat suatu hari harus memberikan meteri soal senyum, salam dan sapa dalam suatu moment siaran. Duh…diri ini saja masih sombong pada sesama…Padahal apa susahnya menarik bibir 2 cm ke kiri dan ke kanan demi membentuk sebuah senyum tulus. Apa salahnya memberi sepotong kata “Assalamuailaikum” pada orang-orang yang saya temui, juga tak susah menyapa dengan sedikit berbasa-basi pada orang yang baru ditemui. Apa susahnya.?Bukankah setiap orang senang disapa, diberikan sepotong senyuman, dan didoakan dengan assalamualaikum?”…


Sungguh harus tertegun membaca bukunya Dakwah Fardhiyah Hassan Al-Banna. Saking ingin berkenalan dengan seseorang dalam bus kota, belio rela ‘berpura-pura’ menginjak kaki orang yang ingin dikenal dengan maksud basa-basi untuk memulai pembicaraan lebih lanjut.

Saya jadi teringat pada tulisan seorang teman. Belio berkata, apa sih susahnya me-like status seseorang di face book? (thanks dini…) Saya sepakat! Bukankah memberikan tanda like itu, hanya persoalan menekan tombol klik pada mouse? Dan rasanya itu sangat tidak sulit. Bahkan memberikan sedikit kata-kata komentar pun tidak sulit, cukup memberikan sepatah dua patah kata saja, dan sahabat kita akan senang…


So, alangkah menyenangkan bila kita bisa ramah pada semua orang. Semua orang suka pada orang ramah dan membuka diri. Secantik dan seganteng apapun wajah seseorang, kalau terlihat sangar dan cemberut pasti tidak sedap dipandang. Kuncinya, harus berani memulai duluan, dan jangan takut bila dicuekin. Bukankah telah dikatakan, bahwa rezeki seseorang akan panjang dengan silaturrahim. Siapa tahu, saat kita menyapa seseorang yang baru kita kenal, dan saat itu ternyata dia butuh seseorang untuk dipekerjakan, eh…. kita malah dikasih kerjaan, ya gak? He he he…:] Wallahualam bis shawab..

Selasa, 02 Maret 2010

Menyesal bertemu orang baik


Pernahkah menyesal bertemu seseorang? Mungkin pernah. Tapi pasti dia bukan orang baik, atau ia pernah membuatmu sakit hati. Tapi pernahkah kau menyesal bertemu dengan orang yang sangat baik? Aneh, tapi aku (pernah) menyesalinya.

Kenapa? Pasti semua orang akan bertanya demikian? Bukankah bertemu dgn orang baik akan membawa kebaikan juga bagimu? atau bukankah orang baik tidak akan menyakiti hatimu?
Aneh...

Ya, demikianlah adanya. Aku pernah mengucapkan "menyesal" bertemu orang baik. Kenapa? alasannya satu, karena ia terlalu baik. Kebaikannya itu membuatku sangat "tidak nyaman". Malah aku sempat berpikir "seandainya dia tidak terlalu baik..., maka...."

Tetapi aku baru saja tahu, bahwa tenyata ada saat2 dimana kebaikan seseorang tidak sinergi dengan keadaan yang ada, yang mengharuskan untuk berpikir 'tidak logis'. Keadaan itu, di mana antara realita dan keinginan tidak dapat bertemu pada satu titik yang sama.
Ya....mungkin di saat itu kau akan mengatakan menyesal bertemu orang yang sangat baik...
Karena kau tak sebaik dirinya....


buat seorang teman yang selalu sangat baik, maaf buat semuanya
...