RSS

Selasa, 23 Februari 2010

Hanya Prolog, Tak Sempat Lebih Dari Itu


Aku benar-benar lupa bagaimana menulis. Beberapa waktu belakangan, aku merasa tak punya waktu untuk menulis, namun lebih tepatnya tak memiliki rasa yang memaksa untuk dikeluarkan dalam kalimat-kalimat. Takut, gembira, kalut, lucu, debar, sakit atau apapun itu telah menyatu menjadi satu, mengawang-awang di angkasa lalu terbang entah kemana. Pergi....

Sudah kuduga, aku memang tak pandai menterjemahkan rasa. Syukurlah aku masih bisa merasakan sesuatu atas apa yang terjadi padaku. Jika tidak, aku pasti sudah dikatakan mati rasa.. Baiknya kukatakan saat ini, bahwa aku ingin menghilangkan rasa itu secara praktis dengan menganggap segalanya baik-baik saja. Jika sudah begitu, biasanya aku akan bertanya, apakah aku benar baik-baik saja? Tapi lagi, bukan untuk dijawab, tapi belajar untuk menyelesaikannya. Kesiapan hidup kita, dipandang dengan sejauh mana kita mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang dihadirkan.

Aku mungkin tidak pernah secara yakin menyatakan kesiapan untuk hidup. Namun, saat telah siap bahkan sukses menyelesaikan masalah demi masalah, kau hidup. Itu buatku. Hidup sering terasa hanya untuk menyelesaikan masalah demi masalah, lalu belajar mengambil hikmah. Meskipun, kadang aku merasa tak sempat mengungkapkan apa yang benar-benar kurasakan secara jujur. Mungkin pernah, tapi baru prolog, aku masih tak sempat untuk lebih dari itu.


*Di suatu jeda siang, menyempatkan diri berada di depan monitor.

Minggu, 07 Februari 2010

Aku Sudah Lupa


Aku sudah lupa bagaimana membuat puisi

Apakah kau tahu caranya?

Ajarilah aku…

Tunjukkan padaku bagaimana memulainya

Karena ku sudah lupa bagaimana membuat puisi


Aku sudah lupa pada puisi

Sejak bertahun-tahun lalu

Tepatnya saat musim kemarau datang

Ketika aku ngantuk dan terlalu lelah

tuk mengingat serangkaian huruf –huruf


Aku benar-benar lupa akan puisi

Yang kuingat,

Terakhir aku membuangnya ketempat sampah

Dalam sobekan-sobekan tak utuh

Setelah puas menertawainya


Kini, ia menumpuk di depan mata

Helai demi helai dalam koper tua

Kian hari tulisannya kian kabur saja

Tapi aku telah lupa bagaimana membacanya

Apalagi membuatnya.

Mungkin benar

Bahwa aku benar-benar telah lupa pada puisi.

Jumat, 05 Februari 2010

Mencari dan Menemukan

Hidup kadang membawa kita pada satu tempat yang tak kita ketahui. Setiap saat kita melangkah dan terus melangkah, meski kadang sebenarnya kita tak tahu hendak menuju kemanakah kita dan apakah di sana benar-benar ada suatu tempat pemberhentiaan terakhir kita.

Manusia memang tidak pernah puas. Saat kita berjalan dan menemukan sesuatu, tidak lantas membuat kita berhenti. Malah kita terus berjalan mencari sesuatu yang lain, begitu seterusnya hingga ajal datang menghentikan ritme perjalanan kita

Hidup dan perjalanan. Apa bedanya? Dalam hidup kita bertemu dengan banyak orang. Ada yang menawarkan kebaikan, bantuan, ketulusan, juga cinta. Tapi seperti perjalanan, pada suatu saat kita harus meninggalkan mereka atau mereka yang pergi meniggalkan kita demi melanjutkan sebuah perjalanan mencari kebahagiaan di ujung jalan sana. Lalu, di tengah perjalanan, kita kembali bertemu dengan seseorang atau banyak orang. Kita berbicara, bercerita, saling membantu, namun seperti sedia kala, mereka harus kita tinggalkan.

Begitulah hidup. Serupa perjalanan. Kita mecari banyak hal, dan terus mencari seolah belum bertemu dengan yang benar-benar kita inginkan hingga bisa membuat kita bahagia. Kita berkata pada diri kita, saya akan merasa bahagia jika saya lulus kuliah. Setelah lulus kuliah, kita akan mengatakan kembali, saya akan bahagia bila mendapatkan pekerjaan yang layak. Setelah bekerja kita kembali berkata pada diri sendiri, saya akan bahagia bila saya mendapatkan posisi penting di kantor, dan begitu seterusnya hingga kita tua dan ajal menjemput kita. Padahal kadang kita tak tahu apa yang benar-benar kita inginkan dalam hidup. Apakah yang benar-benar ingin kita temukan itu adalah kebahagiaan? Atau dengan mencari dan terus mencari itu memiliki kebahagiaan tersendiri?

Ya, mungkin benar, bahwa “LIFE IS A JOURNEY NOT A DESTINATION”, hidup adalah rangkaian perjalanan dan bukan tujuan. Kita akan bahagia justru dengan mencari dan terus mencari, walau kadang kita sendiri tak tahu apa yang benar-benar ingin kita temukan. Justru, dengan sifat tidak pernah puas itu, kita akan kembali mencari. Dan mencari akan membuat kita dinamis, mobile dan produktif. Apapun yang kita temukan nanti di perjalanan hidup kita, pastilah itu semua sudah tertulis dalam GBHN (Garis-garis Besar Haluan Nasib). Tapi sekali lagi, kita tak akan tahu tahu itu nasib yang tertulis dalam takdir atau bukan bila kita belum berusaha.

Subhanallah, maha suci Tuhan yang menciptakan manusia dengan rasa tidak pernah puas dan betapa beruntungnya orang-orang yang tidak pernah puas itu. Walau pada hakikatya akhir dari pencarian kita adalah bertemu dengan-Nya. Dan itu adalah sebenar-benarnya tujuan akhir kita.
Selamat mencari dan menemukan, kawan….

Sebuah perenungan di akhir January 2010.

Senin, 01 Februari 2010

Karena Ia Pagi


Semua menepi dalam tenang
Saat pagi itu singgah, lalu pergi diam-diam
Pagi itu,
Apa bedanya seperti kehidupan dan kematian
Kita tak pernah tahu kapan ia datang

Pagi, semuanya begitu tergesa, ganjil dan rumit
Ia tak pernah berkisah tentang apa-apa
Ya, mungkin karena ia hanya pagi


*Akhir January 2010