RSS

Rabu, 06 Januari 2010

20 Tahun-an Identik Dengan Menikahkah?

Sewaktu masih di semester2 awal kuliah dan masih berumur belasan tahun dulu, saya berpikir jika usia seseorang sudah memasuki usia 20 tahun-an, itu adalah umur yang sangat dewasa, jika tidak boleh dibilang tua. Tapi, saat saya menjadi bagian dari orang2 yang berumur 20 tahun-an, kok saya sendiri mikirnya berubah. Saya merasa, umur segitu belum layak dibilang “tua” walaupun katanya usia seorang perempuan yang baik untuk menikah itu ya di bawah 25-an. Lho…kok jadi ngomongin nikah ya? He he…
Iya, bukan apa2. Karena saat umur sudah akan menginjak 25 ini, semua orang pada sibuk “nyuruh nikah”.Gak temen2 kampus, gak temen2 seasrama, gak murobbi, semua pada ngomongin nikah. Materi2 tentang pernikahan dan kerumah tanggaan juga gak ketinggalan. Apakah usia 20-an ini adalah usia buat melihat lebih jauh tentang pernikahan? (Ha ha ha… sebenarnya saya sangat kikuk tapi juga pengen tertawa terbahak2 kalo udah ngomongin topic yang satu ini). Dengan sadis dan tidak berperasaannya mereka bilang “Udah tua kak, nanti gak laku”, duh…kesian deh saya. Hiks… T_T.

Padahal, sejujurnya saya sangat menikmati kehidupan saya saat ini. Saat saya bebas berexpresi dan lebih berani menghadapi kenyataan yang terjadi (Sombong euy…) Wuih…kalo dibandingin saya yg dulu, saya mah bedanya jauh… dulu saat sekolah dan awal2 kuliah, saya terkenal pendiam bangets, kutu buku, saklek, dll, dll (sori, musti disensor, coz bukan konsumsi public, hehe..). Sekarang? Masih juga dikit2, tapi gak kutu buku lagi. Kalo baca buku paling suka loncat ke bagian menariknya aja, jd gak pernah hatam tuh 1 buku, terkecuali novel. Eits, kok jadi cerita biography saya sih. Maaf… maaf….

Kembali ke topic sebelumnya. “Kira2 usia 24an atau 25an itu tua gak sih?”, itu yang sering saya tanyakan dalam hati. Tapi, terlepas tua atau muda, yang pentingkan saya ngerasanya saya muda (ngotot bangets kan?…). Makanya, saat MR ngasih formulir nikah, saya mikirnya lama bangets dan akhirnya sampe sekarang blm dikasih tuh ke MR. Bukan kenapa2, sebenarnya saya setuju2 saja sama perjodohan model begituan. Prosesnya lebih terjaga dan terbukti sakinah, mawaddah wa rahmah. Tapi, sejujurnya, dari hati saya yang paling dalam (ceile..)- saya gak siap dijodohkan. Kok? Gak tau deh. Mungkin, kalo harus memilih, saya akan memilih orang yang saya kenal, minimal pernah berinteraksi dengannya. Karena saya takut salah memilih, saya takut terkejut dg perbedaan karakter, dll lah. Keterkejutan karena perbedaan karakter sama orang yang sudah dikenal itu juga pasti ada, tapi minimal gak terkejut2 amat. Karena bagi saya, kesamaan pandangan hidup, kesamaan cita-cita dan tujuan, kesamaan selera, kesamaan cara berpikir itu juga penting adanya. Meski mungkin gak ada orang yang persis sama karakternya di dunia ini, ya…paling gak mendekati gitu. Dan gara2 ini nih saya sering dibilang standar tinggi. Padahal, biasa aja kali.

Ya…jd panjang lebar deh. Pokoknya, apapun itu. Saya maunya diatur aja sama Yang di Atas. Bukankah jodoh seseorang sudah ditetapkan sebelum ia lahir?. Saya juga mendoakan, semoga teman2 saya yang dulunya satu kampus, juga satu asrama, satu organisasi, yang juga udah pada 24 dan 25-an segera menemukan soulmatenya. Amin… bukankah kalo kita mendoakan seseorang, malaikat juga akan mendoakan buat yang berdoa. He he he… Bayangin kalo didoakan malaikat rame2, kira2 persentase untuk dikabulkan kan lebih besar ya. He he… ini rahasia teknik berdoa yang saya kasih ke temen2 semua. Semoga dikabulkan ya… amin, sekali lagi. :)

2 komentar:

Dedi Hersan mengatakan...

iy juga sih kak..... ada orang mngatakan, ketika sesorang berusia 15-20 tahun seseorang akan mengatakan "yah apalah aku ini", ketika ia berusia 20-25 ia akan mengatakan'siapa loe?', dan kalau di sudah berusia diatas 25 dia akan berkata" ayo siapa saja boleh asal cepat menikah" wakakakakakakk

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

amiiin...

pasti yang terbaik :)