RSS

Rabu, 09 September 2009

Moment mengharukan

Entah berapa lama lagi saya harus menunggu saat-saat itu? setahun, dua tahun, atau malah bisa jadi sebulan dua bulan? Saya terus menunggu, sambil mempersiapkan diri dan berpikir tentang masa depan saya setelah momentum mengharukan yang akan saya saksikan itu.

Mungkin sudah sunnatullahnya begitu. Sedang saya hanya seorang hamba yang mau tidak mau harus melakoni peran dan peristiwa dengan sebaik-baiknya. Berharap, saya akan tegar dan lebih dewasa di lain waktu. Saya hanya meminta satu pada Tuhan, saya tidak menangis untuk moment itu. Walau mungkin hati saya akan mengepingkan luka. Tapi entahlah, apakah saya benar-benar bisa menahan air mata agar tak mengurai? Atau saat itu juga semua akan berderai. Tapi, apapun yang terjadi nanti, semuanya diluar kehendak saya. Sekali lagi saya hanya hamba.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

tangisan yang mengharu biru
ratapan yang menyayat kesunyian
do'a yang mengalir sepanjang masa
bagai rutinitas yang menjebak kita
kecuali kita temukan satu makna
yang terserak di dalamnya

tangisan kehilangan bukan meratapi yang telah pergi, tetapi menyesali kita tidak lagi memiliki

haru atas kedatangan bukan karena ada yang kembali, tetatpi karena kita telah meraih dari sekian dambaan....

sesungguhnya semua hanya untuk kita
tangisan, kesedihan, kebahagiaan...
dan yang lain akan memakluminya karena kita berada di posisi yang sama.....

Anty mengatakan...

terimakasih mas buana. mungkin benar apa yang anda tuliskan. tapi sy punya prinsip gak akan pernah merasa memiliki sesuatu maupun seseorang. karena rasa kehilangan ada justru karena kita merasa memiliki (lagunya letto;memiliki kehilangan)
so, i think, past is past. let it be past, and shouldn't be renewed (gak nyambung yah>>))
btw, sy liat, blognya udah ada postingan baru.