Aku benar-benar lupa bagaimana menulis. Beberapa waktu belakangan, aku merasa tak punya waktu untuk menulis, namun lebih tepatnya tak memiliki rasa yang memaksa untuk dikeluarkan dalam kalimat-kalimat. Takut, gembira, kalut, lucu, debar, sakit atau apapun itu telah menyatu menjadi satu, mengawang-awang di angkasa lalu terbang entah kemana. Pergi....
Sudah kuduga, aku memang tak pandai menterjemahkan rasa. Syukurlah aku masih bisa merasakan sesuatu atas apa yang terjadi padaku. Jika tidak, aku pasti sudah dikatakan mati rasa.. Baiknya kukatakan saat ini, bahwa aku ingin menghilangkan rasa itu secara praktis dengan menganggap segalanya baik-baik saja. Jika sudah begitu, biasanya aku akan bertanya, apakah aku benar baik-baik saja? Tapi lagi, bukan untuk dijawab, tapi belajar untuk menyelesaikannya. Kesiapan hidup kita, dipandang dengan sejauh mana kita mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang dihadirkan.
Aku mungkin tidak pernah secara yakin menyatakan kesiapan untuk hidup. Namun, saat telah siap bahkan sukses menyelesaikan masalah demi masalah, kau hidup. Itu buatku. Hidup sering terasa hanya untuk menyelesaikan masalah demi masalah, lalu belajar mengambil hikmah. Meskipun, kadang aku merasa tak sempat mengungkapkan apa yang benar-benar kurasakan secara jujur. Mungkin pernah, tapi baru prolog, aku masih tak sempat untuk lebih dari itu.
*Di suatu jeda siang, menyempatkan diri berada di depan monitor.
Sudah kuduga, aku memang tak pandai menterjemahkan rasa. Syukurlah aku masih bisa merasakan sesuatu atas apa yang terjadi padaku. Jika tidak, aku pasti sudah dikatakan mati rasa.. Baiknya kukatakan saat ini, bahwa aku ingin menghilangkan rasa itu secara praktis dengan menganggap segalanya baik-baik saja. Jika sudah begitu, biasanya aku akan bertanya, apakah aku benar baik-baik saja? Tapi lagi, bukan untuk dijawab, tapi belajar untuk menyelesaikannya. Kesiapan hidup kita, dipandang dengan sejauh mana kita mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang dihadirkan.
Aku mungkin tidak pernah secara yakin menyatakan kesiapan untuk hidup. Namun, saat telah siap bahkan sukses menyelesaikan masalah demi masalah, kau hidup. Itu buatku. Hidup sering terasa hanya untuk menyelesaikan masalah demi masalah, lalu belajar mengambil hikmah. Meskipun, kadang aku merasa tak sempat mengungkapkan apa yang benar-benar kurasakan secara jujur. Mungkin pernah, tapi baru prolog, aku masih tak sempat untuk lebih dari itu.
*Di suatu jeda siang, menyempatkan diri berada di depan monitor.
4 komentar:
mungkin, perasaan "santai" itu hrs dibangunkan, jgn dibiarkan terbang, secepatnya ada dipelukan.
memahami dunia dan isinya bukan dari sebuah kata atau kalimat yang bersahaja, dan bukan dari penantian yang sering membimbangkan rasa.
Tapi sebuah kekuatan hati dan pikiran sebagai manusia...
sekali lagi, sebagai manusia!
terbukti sekarang ini kamu masih bisa menulis menandakan kamu tidak lupa cara menulis..it's about how to adapt with it.. :D
buat nambah semangat nulis nih.
ada tag buat anty.. diambil ya :D
uhm, hanya kurang di asah saja barangkali :)
Anonim: Actually, I'm trying, still wanna try to let this doubt end :]
Restry; thanks rest,ok deh, thanks for d tag :)
secangkir...: may be, never stop trying :)
Posting Komentar